MENCETAK KADER NU YANG HAFAL AL-QUR’AN
Oleh : Ust. Suryono Zakka al-Hafidz, S.Th.I. (Pengurus Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadz MWC NU Tungkal Jaya)
Maraknya lembaga dan bimbingan tahfidzul qur’an non-NU dibanyak tempat, NU harus siap bersaing. NU sebagai ormas besar sangat perlu mengkader generasi mudanya agar handal dalam bidang keilmuan, salah satunya mencetak huffadz sebanyak-banyaknya.
Pondok pesantren berbasis kitab atau ilmu alat harus bersinergi dengan pesantren tahfidzul qur’an. Sama-sama penting untuk menjaga kemurnian Islam. Islam dengan pemahaman yang benar dan bersanad sampai rasulullah saw.
Selain menghafal Al-Qur’an, para huffadz harus dibekali kemampuan dalam bidang tauhid dan fikih. Jika akidahnya kokoh dengan akidah Asy’ari dan memahami fikih moderat ala Syafi’iyah, insyaAllah kader-kader NU siap menjadi kader ulama masa depan.
Pesantren-pesantren NU berbasis tahfidzul qur’an harus tumbuh merata disemua wilayah NKRI hingga kepelosok. Siap berkompetisi dengan lembaga lain yang hanya menawarkan pendidikan instan, hafalan cepat namun tidak bersanad dan pemahaman keagamaan bukan Aswaja atau ideologinya bertentangan dengan Pancasila.
Terlebih lagi, lembaga-lembaga tahfidz dengan iming-iming hafal cepat dalam hitungan bulan bahkan hari, potensial tersusupi oleh ideologi radikal bahkan mengancam kedaulatan NKRI. Ada banyak lembaga yang menawarkan hafalan Al-Qur’an namun akidahnya menyimpang dan ideologinya sangat anti dengan NKRI.
Betapa banyaknya lembaga tahfidz yang akidahnya berpaham Wahabi atau ideologinya anti NKRI alias berpaham khilafah. Inilah perlunya NU sigap dalam membina kader-kader dakwahnya. Tidak boleh kecolongan. NU tak cukup hanya bangga dengan jumlah mayoritasnya, namun juga diimbangi dengan kualitas dan strategi dakwahnya.
Dulu pesantren identik dengan NU, warisan dakwah dari para wali. Kini tidak lagi. Pesantren bukan lagi identitas mutlak milik NU. Kelompok radikal dan jaringan terorisme juga kerap bersembunyi dan mengkader jihadis militan dengan kedok pesantren.
Tak terkecuali pesantren Wahabi. Ideologi Wahabisme yang menamakan diri sebagai kelompok salaf/salafi juga menyebarkan ideologinya melalui pesantren, selain melalui website, youtube dan kanal media sosial lainnya. Orang awam NU akan mudah kepincut. Tertipu bahkan tak sedikit anaknya jadi Wahabi. Pulang pesantren langsung mengkafirkan orang tua atau menuduh orang satu kampung ahli bid’ah karena salah dalam memilih pesantren.
Apalagi dengan iming-iming hafalan Al-Qur’an sekian bulan atau sekian hari dengan bungkus manhaj salaf atau sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah. Ini yang perlu diwaspadai oleh kader dakwah NU. Tidak masalah jika lembaga atau pesantren yang menawarkan hafalan adalah pesantren non-NU tapi pahamnya moderat. Akan jadi masalah besar jika lembaga tersebut berafiliasi dengan gerakan ekstrim. Siap-siap mengancam masa depan NKRI.
Kita patut bersyukur karena NU memiliki sanad keilmuan yang jelas, akidah kita yang kokoh dengan akidah Asy’ari dan ulama yang kita ikuti adalah ulama yang moderat, mengakomodasi empat madzhab dengan pemahaman agama yang mumpuni serta akhlak yang luhur. Inilah warisan yang harus terus kita jaga demi kemurnian Islam. Demi kemurnian akidah Aswaja. Demi keberlangsungan NKRI.
Mudah-mudahkan Allah selalu menjaga negeri ini. Negeri Darussalam, negeri yang damai dengan kemajemukan dan heterogenitas. Akidah Aswaja yang membumi dan terus menjadi mayoritas. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita, mengistiqamahkan kita dalam berjuang di NU. Salam.
الَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُوَسِّعُ بِهَا عَلَيْنَا الْأرْزَاقَ وَتُحَسِّنُ بِهَا لَنَا اْلأَخْلاَقَ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad saw, dengan rahmat yang dapat memperluas rezeki kami dan membaguskan akhlak kami, beserta para keluarganya dan sahabatnya”
Komentar Terbaru