SEKILAS INFO
  • 2 tahun yang lalu / DIRGAHAYU HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-77 TAHUN 2022, PULIH LEBIH CEPAT BANGKIT LEBIH KUAT
  • 3 tahun yang lalu / Selamat datang di website resmi PCNU MUSI BANYUASIN ; pcnumuba.or.id
WAKTU :

Ketika Orang Saleh dan Ulama Pergi Satu per Satu

Terbit 14 Agustus 2021 | Oleh : admin@pcnumuba | 7013 Views | Kategori :
Ketika Orang Saleh dan Ulama Pergi Satu per Satu

Semua manusia baik orang saleh maupun orang yang tidak saleh pasti mati. Tetapi ketika orang saleh itu pergi satu per satu mendahului orang yang masih hidup, tentu nilai dan harkat manusia akan merosot. Dengan kepergian orang-orang saleh, dunia akan diisi oleh kebanyakan orang yang tidak saleh.

Ketika banyak orang yang tidak saleh mengisi dunia, maka nilai-nilai kesalehan itu tidak tampak di atas bumi. Dari sini kemudian harkat dan derajat manusia jatuh di sisi Allah swt sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari berikut ini:

عن مرداس الأسلمي قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَالأَوَّلُ حَتَّى يَبْقَى حُفَالَةٌ كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ وَالتَّمْرِ، لا يُبَالِيْهِمُ اللَّهُ بَالَةً قال أبو عبد الله يقال حُفَالَةٌ وَحُثَالَةٌ

Artinya, “Dari sahabat Mirdas Al-Aslami, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Orang-orang saleh pergi satu per satu sehingga tersisa hanya ampas gandum dan kurma di mana Allah tidak lagi mempedulikan mereka sama sekali.’ Abu Ubaidillah berkata, lain redaksi mengatakan, ‘hufālah (yang rendah dan hina dari sesuatu) wa hutsālah (ampas/dedak/endapan/rendahan),’” (HR Bukhari).

Ibnu Bathal berpendapat, fenomena kematian orang-orang saleh merupakan salah satu tanda hari kiamat. Hadits ini berisi anjuran kepada kita untuk mengikuti orang-orang baik dan peringatan bagi kita untuk tidak bertentangan dengan mereka karena dikhawatirkan tergolong sebagai orang yang menyalahi orang-orang saleh yang tidak akan dipedulikan oleh Allah.

Hadits ini, kata Ibnu Bathal, mengisyaratkan fenomena musnahnya orang-orang saleh di akhir zaman sehingga yang tersisa di atas muka bumi adalah orang-orang jahat belaka. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, [Kairo, Darul Hadits: 2004 M/1424 H], juz XI, halaman 284).

واستدل به على جواز خلو الأرض من عالم حتى لا يبقى الا أهل الجهل صرفا ويؤيده الحديث الآتي في الفتن حتى إذا لم يبق عالم اتخذ الناس رؤساء جهالا

Artinya, “Ibnu Bathal menjadikan hadits ini sebagai dalil atas kemungkinan kosongnya dunia dari ulama sehingga yang tersisa hanya orang awam belaka. Pandangan ini dikuatkan oleh hadits berikut pada bab fitan sehingga ketika tidak ada orang alim tersisa, banyak orang menjadikan orang bodoh sebagai pemuka agama.” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: XI/284).

Adapun hadits yang dimaksud Ibnu Bathal pada bab Fitan adalah kondisi hari-hari menjelang terjadinya peristiwa besar dalam dunia ini, yaitu hari kiamat, yaitu sebuah kondisi di mana orang hidup di bawah naungan kebodohan, nafsu pertikaian, dan pembunuhan.

 عن شقيق قال كُنْتُ مَعَ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ وأَبُوْ مُوْسَى الأَشْعَرِي قَالَا قال رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلم إنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الجَهْلُ، ويُرْفَعُ فِيْهَا العِلْمُ، ويَكْثُرُ فيها الهَرْجُ، والهَرْجُ: القَتْلُ

Artinya, “Dari Syaqiq, ia berkata, ‘Aku pernah bersama Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa Al-Asyari. Keduanya berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Sungguh beberapa hari menjelang hari kiamat turun kebodohan dan diangkat ilmu dan banyak terjadi kekacauan. Kekacauan di sini adalah pembunuhan,’’” (HR Bukhari dan Muslim).

Ilmu Allah memang tidak pernah akan berkurang karena kematian ulama. Tetapi ilmu Allah lenyap dari muka bumi karena orang-orang saleh yang mengemban ilmu-Nya telah pergi dan selama ini menjadi obor dunia yang membimbing orang awam dengan nilai-nilai kesalehan dan kebaikan telah meninggal.

قوله ينزل فيها الجهل ويرفع فيها العلم معناه ان العلم يرتفع بموت العلماء فكلما مات عالم ينقص العلم بالنسبة إلى فقد حامله

Artinya, “Pengertian ‘’Sungguh beberapa hari menjelang hari kiamat turun kebodohan dan diangkat ilmu’ adalah bahwa ilmu itu diangkat melalui kematian ulama.  Setiap kali seorang alim meninggal, maka ilmu itu berkurang (di atas muka bumi) dari segi kepergian orang yang mengemban ilmu,” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: XIII/22).

Demikian gambaran ketika orang saleh dan ulama pergi satu per satu. Ketika itu terjadi Allah sudah tidak peduli lagi terhadap manusia-manusia bodoh dan jahat di atas muka bumi. Sedangkan seburuk-buruk manusia adalah orang yang mengalami terjadinya huru-hara hari kiamat di tengah kekosongan dunia dari nilai-nilai kesalehan. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)

Sumber : www.nu.or.id

SebelumnyaKonsistensi NU dalam Menyebarkan Aswaja dan Menjaga Komitmen Kebangsaan Sesudahnya4 MACAM KADER NU DALAM PERSPEKTIF NAHWU

Tausiyah Lainnya