SEKILAS INFO
  • 1 tahun yang lalu / DIRGAHAYU HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-77 TAHUN 2022, PULIH LEBIH CEPAT BANGKIT LEBIH KUAT
  • 3 tahun yang lalu / Selamat datang di website resmi PCNU MUSI BANYUASIN ; pcnumuba.or.id
WAKTU :

Siapakah yang layak menahkodai PCNU MUBA kedepan

Terbit 7 April 2023 | Oleh : Admin PCNU Muba | 5326 Views | Kategori : BERITA
Siapakah yang layak menahkodai PCNU MUBA kedepan

Konfrensi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Musi Banyuasin sudah tinggal sehari lagi, yaitu akan dilaksanakan pada hari ahad 9 April 2023, bertempat di Pondok Pesantren Al-Hikmah Kecamatan Plakat Tinggi. Beberapa perbincangan terkait dengan pelaksanaan konfrensi sudah mulai ramai sejak dua bulan lalu. Beberapa pemerhati tentang organisasi islam paling banyak pengikutnya ini sudah menurunkan opin siapakah yang layak menahkodai pengurus PCNU Musi Banyuasin kedepan.

Selain itu kepanitiaan juga sudah dibentuk, sebagai pelaksananya, para pimpinan pcnu tingkat cabang dan para panitia acara, mereka sudah melalukan pembicaraan terkait dengan kegiatan besar itu. Sosialisasi tentang pelaksanaan konfrensi dimaksud, sudah dilakukan di mana-mana.

Demikian pula pembicaraan tentang siapa yang akan ditampilkan menjadi pemimpin pcnu muba ke depan, baik pada tingkatan Rais Syuriyah dan juga tanfidziyah sudah terdengar. Sudah pasti, dalam organisasi yang memiliki anggota dan simpatisan hingga ribuan dikabupaten muba, posisi pimpinan akan menjadi sesuatu yang dipandang sangat penting untuk dibicarakan secara saksama. Banyak kyai NU yang memiliki keinginan terkait dengan siapa yang dianggap tepat memimpin organisasi yang diharapkan ke depan semakin maju ini.

Memang agaknya tidak terlalu mudah untuk menentukan siapa sebenarnya orang yang dianggap cocok untuk memimpin organisasi yang memiliki banyak pesantren, madrasah, sekolah. Mungkin saja, orang mengira bahwa, organisasi yang didalamnya terdapat banyak kyai, alim ulama, dan cendekiawan ini tidak terlalu sulit dalam menentukan pimpinannya. Dalam dunia kyai, seseorang tidak boleh menyebut dirinya sebagai pemimpin. Jika hal itu dilakukan, khawatir disebut kurang mampu menjaga tata krama kepemimpinan.

Anggapan itu ada benarnya. Tidak akan ada seorang ulama apalagi yang telah menyandang identitas sebagai seorang kyai mencalonkan diri menjadi pemimpin organisasi. Pemimpin itu mengajukan dan bukan mengajukan diri. Oleh karena itu biasanya, jika terjadi ramai-ramai dalam pencalonan pemimpin NU, maka sebenarnya bukan calon pemimpinnya yang ramai, melainkan adalah orang-orang yang akan mencalonkan seseorang. Jika terjadi persaingan, maka bukan antar calon pemimpin yang akan bersaing, melainkan antar supporter atau antar pendukungnya.

Pembicaraan yang terkait dengan pemilihan pimpinan pcnu pada konfrensi mendatang di ponpes Al Hikmah Plakat Tinggi adalah antara pemilihan langsung atau menunjuk formatur yang disebut dengan ahlul halli wal aqdi. Di antara kedua alternatif tersebut, sementara ini masih diperdebatkan. Masing-masing pihak yang memiliki pandangan berbeda itu saling mencari legitimasi atau alasan yang sekiranya dianggap kuat dan bisa diterima oleh para peserta. Dari perbedaan itu, sebenarnya bisa dibaca bahwa pemilihan pucuk pimpinan NU, ternyata tidak mudah dilakukan.

Setiap organisasi, tidak terkecuali organisasi Islam semisal NU, pasti memiliki keinginan untuk menjadi semakin maju. Oleh karena zaman ini selalu berubah, dan ternyata perubahan itu semakin cepat, maka organisasi ini ke depan pasti akan mendapatkan tantangan baru yang bisa jadi bentuknya berbeda dari sebelumnya. Semua akibat dan arah perubahan, baik terkait dengan politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan maupun teknologi seharusnya berhasil dibaca secara cermat. Yang lebih utama seluruh majelis wakil cabang kecamatan atau disebut MWC sudah terisi semua, yang terakhir lahir seperti Lais, Jirak Jaya, Plakat Tinggi, Babat Supat, Lawang Wetan , Babat Toman dan Sanga Desa yang selama ini belum ada, Kemampuan membaca itu merupakan keharusan bagi pemimpin apapun, tidak terkecuali pemimpin PCNU Muba ke depan.

Di dalam kontek perubahan yang ditengarai akan semakin cepat itu, maka pimpinan PCNU muba yang terpilih harus mampu merespon dan membawa gerbong organisasi itu secara tepat. Tantangan itu juga menjadi semakin tidak sederhana oleh karena di dalam PC sendiri keadaannya semakin lama semakin komplek dan variatif. Tidak mungkin PC hanya memahami sebagatas sebagai organisasi para kyai pesantren, ulama, dan para santrinya. Sebab, di PCNU muba sekarang terdapat berbagai kalangan, mulai dari segmen politikus, cendekiawan, pengusaha, hingga generasi muda milenial yang telah memperoleh pendidikan yang sangat variatif.

Tampak sekali bahwa sebenarnya PCNU telah menyadari atas terjadinya perubahan sosial yang tidak pernah henti, dan terjadi dari waktu ke waktu. Untuk mengantisipasi perubahan itu, NU telah memiliki konsep yang jelas yang selalu dijadikan pegangan, yaitu : ‘memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik’. Konsep dimaksud sedemikian indah, tetapi seperti apa gambaran kesunyataannya, maka masih perlu dirumuskan lagi secara tepat. Oleh karena itu, menuju Konfrensi seperti sekarang ini, hal yang perlu ditata bersama di saat berada pada perubahan sosial yang semakin cepat seperti sekarang ini adalah, tidak saja menjawab NU akan dipimpin oleh siapa, tetapi yang tidak kalah pentingnya lagi adalah NU ke depan akan dipimpin ke mana. Wallahu a’lam.

Kang Imam (Sekretaris MWCNU Babat Toman/ Penyuluh Informasi Publik)

SebelumnyaTradisi Ruwahan SesudahnyaPusri Bantu Petani NU 30 Ton Pupuk Komersil, Dihadiri Bupati dan Ketua PW NU Sumsel

Berita Lainnya

0 Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.